Seperti
yang kita ketahui, di Indonesia, Qiroah yang umumnya digunakan dalam membaca
Al-Qur'an adalah Qiroah yang diriwayatkan oleh Hafs bin Sulaiman bin Mughiroh
bin Najwad “ Wafat tahun 128 H”, yang bacaannya disebut Qiroah Masyhuroh. Namun, perlu diingat bahwa
selain Qiroah yang diriwayatkan oleh Imam Hafs an Ashim, terdapat juga Qiroah
dari Imam-imam lain.
Berikut adalah nama-nama Imam dalam Qiroah yang mutawatir atau dikenal sebagai Qiroah Sab'ah (Tujuh Imam):
- Abdullah bin Amr, wafat di Syam pada tahun 118 H. Di antara perowi-perowinya yang terkenal adalah Al Bazzi Abdul Hasan, Hamid bin Muhammad, dan Qonbul Abu Umar Muhammad.
- Abu Ma’bad Abdullah bin Katsir, wafat di Makkah pada tahun 120 H. Perowi-perowinya yang terkenal termasuk Abu Bakar Syu’bah bin Ilyas dan Abu Amr Hafah bin Sulaiman.
- Abu Bakar "Ashim bin Abi An Nujud, wafat di Kufah pada tahun 127 H. Di antara perowi-perowinya yang terkenal adalah Abu Syu’bah bin Ilyas dan Abu Amr Hafah bin Sulaiman.
- Abu Amr bin Al A’la, wafat di Basrah pada tahun 154 H. Di antara perowi-perowinya yang terkenal adalah Ad Durawi, Abu Amr Hafas, dan As Susi Abu Syu’aib Saleh bin Ziyad.
- Nafi’ bin Na’im, wafat di Madinah pada tahun 109 H. Di antara perowi-perowinya yang terkenal adalah Qulum Abu Musa Isa bin Mina dan Warosy Abu Sa’id Utsman bin Sa’id.
- Abdul Hasan Ali bin Hamzah Al Kisa’i, wafat di Basrah pada tahun 189 H. Di antara perowi-perowinya yang terkenal adalah Abdul Harits Al Laits bin Khalid dan Ad Durawi.
- Abu "Imarah Hamzah bin
Habib, wafat pada tahun 216 H. Di antara perowi-perowinya yang terkenal adalah
Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam dan Abu ‘Isa Khalid bin Khalid.
Mengenal berbagai Qiroah ini merupakan bagian dari kekayaan warisan keilmuan dalam dunia membaca Al-Qur'an, yang melintasi berbagai wilayah dan zaman.
Metode
membaca Al-Qur'an merupakan bagian integral dari praktik keagamaan bagi umat
Islam. Dengan menghargai dan mengikuti tata cara yang telah ditetapkan,
seseorang dapat lebih mendekati keaslian dan keagungan teks suci tersebut. Mari
kita perpanjang penjelasan mengenai setiap metode:
- Tahqiq (تØقيق): Metode ini menekankan pada penempatan huruf-huruf dengan benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Ulama Ahlul Qurro’. Ini termasuk penempatan makhrorijul huruf (tempat keluarnya huruf dari mulut), sifat-sifat huruf (seperti hukum nun sukun, qalqalah, dan lainnya), mad-qoshr (pemanjangan yang terjadi pada huruf-huruf tertentu), dan hukum-hukum bacaan lainnya. Metode ini sangat penting bagi pemula untuk membangun dasar yang kuat dalam membaca Al-Qur'an.
- Tartil (ترتيل): Tartil menekankan pada membaca Al-Qur'an dengan perlahan dan tanpa terburu-buru, sambil memperhatikan penempatan huruf-huruf dengan benar. Tujuan utamanya adalah agar bacaan menjadi jelas dan bermakna. Dengan membaca secara tartil, seseorang dapat meresapi setiap kata dan ayat dengan lebih baik.Tadwir (تدوير): Metode ini mencakup kombinasi antara membaca dengan cepat dan membaca dengan
- kecepatan sedang. Tadwir memungkinkan
seseorang untuk menyesuaikan kecepatan bacaan sesuai dengan konteks dan
kebutuhan, tetapi tetap memperhatikan kualitas bacaan.Hadr (Øدر): Hadr adalah membaca Al-Qur'an dengan
sangat cepat, meskipun tidak hingga pada tingkat kehilangan kejelasan suara
bacaan. Meskipun demikian, kecepatan ini tidak boleh mengorbankan kejelasan
atau keakuratan bacaan.
Mengetahui keempat metode ini memungkinkan seorang Muslim untuk membaca Al-Qur'an dengan lebih mendalam dan menghayati pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan mempraktikkan metode yang sesuai dan mengikuti kaidah-kaidah Tajwid, seseorang dapat mencapai kesempurnaan dalam membaca Al-Qur'an, sesuai dengan ajaran Islam. ( Referensi : Panduan Ilmu Tajwid MQ Tebuireng)
Posting Komentar